Kamis, 11 Agustus 2011

my news

ngepost blog syalalala :D aku mau ngepost.in tulisanku buat majalah ukm ku ... masih amatiran bgt si sebenernya. ini juga butuh konsultasi terus-terusan.. hahhaha akhirnya dibilang g kaku lagi tapi tetep masih disuruh bikin 100 kata lagi.. hmm selagi mikir aku mau ngepost.in yang udah aja dulu deh hahah :D

(judulnya belum ditentukan)

Seperti selayaknya umbi-umbian, tanaman ini merambat dan umbinya terbentuk didalam tanah. Namun uniknya umbi ini mempunyai rambut yang berada disekitarnya. Dengan daun yang lonjong dan meruncing, warga sunyalangu menyebutnya gadung. Dibalik bentuknya yang seperti umbi biasa,ternyata gadung beracun. Racun yang terkandung didalamnya dinamakan dioscorine (racun penyebab kejang),juga mengandung alkohol yang menimbulkan rasa pusing-pusing.
Dibalik racunnya itu gadung menyimpan berjuta manfaat yang terkaandung didalamnya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, beberapa penyakit yang bisa di obati dengan tanaman diantaranya adalah kencing manis,penyakit kusta,nyeri empedu dan masih banyak lagi. Selain dimanfaatkan sebagai obat,umbi berambut ini ternyata lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan contohnya gadung dapat diolah menjadi gadung rebus,flake gadung serta keripik gadung. Contohnya di Banyumas tepatnya didaerah sunyalangu,gadung beracun ini disulap menjadi camilan yang bisa menggoyang lidah yaitu keripik gadung.
Sebelum menjadi keripik gadung yang lezat nan menggoda,umbi gadung yang mentah harus melalui pengolahan khusus agar racun yang ada didalam gadung mentah hilang. Proses pengolahannya membutuhkan waktu sekitar 2-4 hari hingga gadung ini siap untuk dikonsumsi oleh penikmatnya.
Awalnya tidak ada yang menyangka kalau gadung, sejenis umbi –umbian ini menjadi primadona bagi warga desa Sunyalangu. Berkat keberanian seorang warga desa mengambil gadung di lereng gunung cokol yang terkenal angker. Sekarang gadung menjadi konsumsi warga.
Semenjak itu pula warga mulai berbondong-bondong menanam gadung disana, sebagian besar warga desa mempunyai kebun yang ditanami oleh umbi ajaib ini . Meskipun gadung hanya tanaman selingan para petani disana. Namun begitu besar potensi gadung yang ada didaerah sunyalangu ini.
Seperti yang dituturkan oleh Pak Aris selaku kasie pemerintahan desa sunyalangun bahwa hampir setiap penduduk menanam gadung dikebunnya. Pernyataan Pak Aris inilah yang menguatkan bahwa daerah sunyalangu berpotensi sangat besar didalam komoditas gadungnya. Akan tetapi meskipun berpotensi  sangat besar,gadung belum menjadi komoditas utama dan mengembangkannya menjadi suatu produk didaerah ini yang dikenal masyarakat luas dikarenakan belum ada keseriusan dari dinas untuk mengarahkan masyarakat desa sunyalangu.
Saat panen gadung tiba, warga berbondong-bondong memanen gadung dikebunnya masing-masing. Seperti yang terjadi 4 bulan lalu ketika masyarakat sunyalangu berpesta pora memanen gadung, panen raya pun tiba. Berkilo-kilo bahkan berton-ton gadung dipanen dari kebun. Akan tetapi hasil dari panen ini belum memberikan profit  yang berarti untuk warga karena hasilnya masih menjadi konsumsi pribadi masing-masing warga yang menanamnya. Kadang-kadang tidak semuanya gadung yang dipanen diolah dan dikonsumsi sendiri, tetapi ada juga yang dijual dipasar yang sudah berbentuk keripik dengan kisaran harga Rp. 200-2500,-. Akan tetapi sangat disayangkan belum ada marketing yang bagus yang dijalankan dan juga kurangnya peran pemerintah daerah untuk menjadikan umbi beracun yang berambut ini menjadi makanan khas daerah. Padahal sebenarnya prospek penjualan gadung cukup bagus dikalangan masyarakat,sebab dengan rasa keripik gadung yang gurih dan krenyes-krenyes menjebak penikmatnya untuk mengunyahnya terus menerus.


hahaha masih jelek si tapi cukup menguras otakku :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar